Catatan Perjalanan :
Sekali
Menginjak Gas, Delapan Negara Bagian Terlampaui
4.
Semalam Di Las Vegas
Sekitar jam 6
sore saya sudah memasuki Las Vegas, dan langsung menuju hotel
yang berlokasi di Jalan Fremont, yaitu nama sebuah jalan di down-town
(pusat kota) Las Vegas. Pukul 19:00 malam (meskipun sebenarnya
hari masih terang), saya ajak keluarga jalan kaki menuju ke jalan
utama Fremont. Di jalan ini atraksi animasi cahaya dan suara
biasa digelar setiap malam.
Media yang
digunakan untuk atraksi musik dan grafis yang dikendalikan
komputer ini adalah lampu-lampu yang jumlahnya lebih dua juta
yang dipasang melengkung sebagai atap yang menutupi jalan Fremont
sepanjang 4 blok (kira-kira sepanjang 500 meter). Maka setiap
kali atraksi dimainkan, para pengunjung pejalan kaki tinggal
berhenti dan menengadahkan kepala ke atas atap, lalu mengikuti
atraksi dari ujung ke ujung atap lampu. Tentu saja semua jenis
kendaraan dilarang melewati jalan ini, yang memang hanya
diperuntukkan khusus untuk para pejalan kaki.
Waktu itu pas
malam Minggu, jadi suasana sangat ramai dengan pengunjung. Setiap
kali atraksi selesai, para pengunjung yang terkagum-kagum dengan
karya teknologi animasi tata lampu dan suara itupun spontan
bertepuk tangan meriah. Tapi saya tidak mau ikut bertepuk tangan.
Lha siapa yang mau ditepuki, wong atraksi itu sudah
dirancang secara otomatis selama 6 menit setiap jamnya. Artinya,
banyak atau tidak banyak pengunjung, komputer tetap akan
menjalankan programnya untuk mengatraksikan lampu dan musik.
Terkadang orang Amerika ini juga aneh. Lha wong lampu kok
disoraki.
Menyusuri jalan
Fremont malam itu, di antara gemebyar-nya lampu dan
bisingnya suara musik di sepanjang pertokoan serasa tidak
membosankan. Di sana-sini ada pengamen musik menampilkan
kebolehannya. Yang namanya pengamen di situ, lengkap dengan tata
suaranya yang serba elektrik dan nangkring di atas mobil bak
terbuka sebagai panggungnya, disertai tulisan : Tidak
menerima tip. Artinya mereka mengamen bukan untuk mencari
nafkah.
Saya ingat pada
bulan Maret 1996 saya sempat menginap semalam di hotel
Golden Nugget yang berlokasi di jalan yang sama.
Waktu itu Jalan Fremont hanya merupakan sebuah jalan penghubung
menuju hotel dan sarana hiburan di sekitarnya. Belum ditutup
dengan atap lampu, yang ada hanya mobil yang berseliweran keluar
masuk. Kini empat tahun kemudian. saya sekedar lewat di depannya
hotel saja, mengenang bahwa dulu saya pernah nginap di situ, dibayarin.
Saat ini tentu harga per malamnya terlalu mahal untuk ukuran mbayar
dhewe.
Itulah sebagian
kecil dari kelebihan Las Vegas, sebagian besar lainnya adalah
arena casino dan entertainment. Las Vegas memang
identik dengan kota judi, kota yang tidak pernah tidur karena
kegiatan perjudian dan hiburan berlangsung tanpa henti.
Barangkali karena saking banyaknya fasilitas untuk itu yang
menyebar di mana-mana, mulai dari bandara, hotel, restoran, toko,
apotik, pompa bensin, supermarket, dsb.- Ini adalah tempat di
mana roda kehidupan tidak pernah berhenti untuk urusan kemewahan,
hiburan dan impian untuk kaya, dalam berbagai bentuknya.
Penduduk kota Las
Vegas itu hanya sekitar 260.000 jiwa, tapi malam itu sepertinya
padat orang hilir mudik. Tentu para pendatang, empat orang di
antaranya adalah saya dan keluarga. Ribuan lainnya para pendatang
dari kota-kota lain, terutama dari wilayah California. Kabarnya
orang-orang Indonesia yang tinggal di negara bagian California,
antara lain Los Angeles, suka membelanjakan (atau menghamburkan?)
uangnya di arena casino di Las Vegas.
Bagi mereka yang
punya cadangan uang saku dan bermimpi ingin lebih kaya lagi
memang tinggal pilih caranya saja. Mesin slot, blackjack,
keno, bingo, poker, baccarat dan rolet siap
mengantarkan untuk mewujudkan impian menjadi lebih kaya, kalau
menang.
Berjudi di Las
Vegas adalah lebih mudah daripada membeli odol, demikian yang
ditulis dalam lembar informasi yang saya baca, karena casino
tidak mengenal tutup sedangkan toko ada jam-jam tutupnya
(mestinya ya tidak lalu diterjemahkan : Kalau begitu, kalau mau
beli odol kok tokonya sudah tutup ya uangnya dipakai main casino
saja).
***
Tidak terasa
malam semakin larut. Anak-anak mulai merasakan perutnya minta
diisi setelah mondar-mandir menikmati suasana malam Jalan
Fremont, yang dikenal dengan sebutan Fremont experience.
Bukan kelaparan, hanya ingin makan. Mencari restoran yang
suasananya enak (untuk ukuran orang kampungnya Indonesia)
ternyata susah. Semua restoran di situ bersembunyi di balik arena
casino.
Jelas tidak
mungkin kalau saya membawa anak-anak melewati arena casino
dulu, baru sampai ke restoran untuk makan. Akhirnya saya putuskan
mencari restoran di tempat lain saja. Restoran yang memang
benar-benar untuk orang yang mau makan, bukan untuk pemain judi
yang kelaparan.
Dengan
mengendarai mobil kami lalu melaju ke arah selatan, menyusuri
jalan Las Vegas Boulevard, atau yang terkenal dengan sebutan The
Strip. Ini adalah jalan utama tempat berbagai hotel mewah dan
pusat beraneka hiburan dan atraksi berada, lengkap dengan arena casino-nya.
Kami makan di salah satu restoran kecil di jalan itu.
Berbagai billboard
dan hiasan animasi lampu di sepanjang jalan itu serasa merubah
suasana malam layaknya siang. Saya perhatikan semakin malam
semakin ramai saja. Melewati kompleks Caesar Palace,
lagi-lagi saya ingat empat tahun yang lalu pernah ditraktir makan
malam oleh seorang kolega yang tinggal di Las Vegas, di salah
satu restoran di kompleks Caesar Palace. Berangkat
dari hotel naik Limousine sedan panjang warna hitam, yang di
dalamnya bisa untuk main bola.
Selesai makan,
sang kolega mengajak saya dan teman-teman memasuki arena casino.
Sebelum masuk, sang kolega tadi nyangoni (membekali uang
saku) US$ 100, disertai pesan : Ini uang, silakan
dihabiskan. Lho? Agaknya dia sudah sangat mafhum,
bahwa bagi seorang pemula seperti kami ini pasti tidak akan bisa
menang bermain casino.
Awalnya ragu-ragu
mau diapakan uang itu, yang jelas pesannya adalah untuk
dihabiskan. Tapi piye (bagaimana) caranya? Kalau tidak
habis malah susah mempertanggungjawabkannya. Jumlah yang lumayan
seandainya di situ ada tukang bakso atau mie goreng. Lalu kami
coba main sana dan coba main sini. Eh
benar juga, hanya
dalam tempo sekejap (belum sempat tolah-toleh) sudah bablasss
dollar sak-angin-anginnya
..
Ya, namanya juga
untuk sekedar entertainment. Dalam hati saya tersenyum,
saya mereka-reka pikiran sang kolega : Biarlah
orang-orang kampung ini sekali-sekali diberi kesempatan, agar
kelak bisa cerita sama anak-cucunya bahwa dia pernah main casino
di Las Vegas sana
..
Akhirnya lewat
tengah malam kami baru meninggalkan The Strip dan kembali menuju
hotel. Sayang, hanya sempat semalam saja di Las Vegas, karena
besok mesti melanjutkan perjalanan ke Flagstaff, Arizona.-
(Bersambung)
Yusuf Iskandar